AntiGalau - ENTAHLAH, belakangan ini, kata galau dengan mudah kita dapati dalam berbagai kesempatan. Kita bisa mendengarnya saat bertemu dengan sahabat kita atau membaca status jejaring sosial. Biasanya kata yang satu ini muncul dikarenakan putus pacaran, keinginan yang tak tersampaikan, atau kesedihan yang merundung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau diartikan sebagai “kacau tidak keruan (berpikir).”
Para galauwer, sebutan bagi “pecinta galau”, biasanya menuliskan kegalauannya dengan kalimat seperti, “Bila pada waktunya kita harus berpisah, aku tidak akan melupakan kamu. Tapi aku akan menjadikan kamu sebuah ingatan, bukan sekedar kenangan.” Atau, “Bersyukur karena masih bisa melihat indahnya dunia, walaupun kamu masih tetap untuk dia.” Bisa pula semisal ini, “Tiba-tiba orang yang selalu mengatakan bahwa dia akan selalu menunggu, menghilang...”
Kata galau seolah menjadi obat mujarab dalam mengekspresikan gundah gulana yang bergelayut menyelimuti diri. Sebenarnya, kata galau menjadi populer sejak munculnya sebuah program acara di salah satu televisi nasional. Padahal, ketika Anda menulis atau mengungkapkan perasaan sedih kepada orang lain tanpa bisa membatasi diri, bisa membuka potensi kejahatan dari orang yang tidak bertanggungajawab untuk melakukan sesuatu yang malah membuat Anda semakin jauh dari kebahagiaan.
Sebagai seorang Muslim, tentunya kita tidak boleh melepaskan diri dari tuntunan Ilahi yang telah menyediakan kalimat-kalimat mukjizat yang ampuh mengusir perasaan galau. Sayidina Ja`far putra Sayidina Muhammad Al-Baqir memberikan empat ayat anti galau yang tentunya langsung bersumber dari Dzat Yang Maha Mengetahui segala persoalan yang tengah melilit.
Resep ala beliau yang akan dipaparkan berikut ini bisa kita baca langsung dalam kitab Al-Jawaahir Al-Lu`luiyyah fi Syarh Al-Arba`iin An-Nawawiyyah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Al-Dimyathi halaman 13-14.
Ayat pertama yang menjadi obat kegalauan termaktub dalam surah Al-Anbiya` ayat 87. Disebutkan jika kita merasa sumpek hendaklah kita membaca ayat ini yang bunyinya:
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
Ayat berikutnya merupakan jawaban bagi orang yang telah membacanya:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-Anbiya` : 88). Ayat ini merupakan jawaban atas Nabi Yunus as yang mengucapkan kalimat tersebut dari dalam perut ikan di kegelapan samudera.
Ayat anti galau selanjurnya berbicara mengenai orang yang dihinggapi rasa takut. Ketika kita tengah merasa ketakutan terhadap sesuatu, bacalah:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيل
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Qs. Ali Imran : 173).
Bagi orang-orang yang ketakutan kemudian membaca ayat di atas, maka Allah menandaskan:
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوء
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa.”
Ayat anti galau ketiga berkenaan seseorang yang tertipu. Bagi kita yang menjadi korban penipuan, jangan terlalu larut dalam kesedihan, cobalah membaca ayat :
وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَاد
“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Qs. Al-Mukminun : 44).
Barangsiapa membaca ayat tersebut sebagaimana kaum-kaum di masa nabi terdahulu juga mengucapkannya, Allah menyatakan:
فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.” (Qs. Al-Mukminun : 45).
Dan ayat keempat yang menjadi pengusir rasa galau adalah ayat yang berkenaan tentang seseorang yang menginginkan sesuatu, hendaknya membaca :
مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه
“Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (Qs. Al-Kahfi : 39). Allah mewahyukan:
فَعَسَى رَبِّي أَنْ يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِنْ جَنَّتِكَ
“Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini).” (Qs. Al-Kahfi : 40).*
Para galauwer, sebutan bagi “pecinta galau”, biasanya menuliskan kegalauannya dengan kalimat seperti, “Bila pada waktunya kita harus berpisah, aku tidak akan melupakan kamu. Tapi aku akan menjadikan kamu sebuah ingatan, bukan sekedar kenangan.” Atau, “Bersyukur karena masih bisa melihat indahnya dunia, walaupun kamu masih tetap untuk dia.” Bisa pula semisal ini, “Tiba-tiba orang yang selalu mengatakan bahwa dia akan selalu menunggu, menghilang...”
Kata galau seolah menjadi obat mujarab dalam mengekspresikan gundah gulana yang bergelayut menyelimuti diri. Sebenarnya, kata galau menjadi populer sejak munculnya sebuah program acara di salah satu televisi nasional. Padahal, ketika Anda menulis atau mengungkapkan perasaan sedih kepada orang lain tanpa bisa membatasi diri, bisa membuka potensi kejahatan dari orang yang tidak bertanggungajawab untuk melakukan sesuatu yang malah membuat Anda semakin jauh dari kebahagiaan.
Sebagai seorang Muslim, tentunya kita tidak boleh melepaskan diri dari tuntunan Ilahi yang telah menyediakan kalimat-kalimat mukjizat yang ampuh mengusir perasaan galau. Sayidina Ja`far putra Sayidina Muhammad Al-Baqir memberikan empat ayat anti galau yang tentunya langsung bersumber dari Dzat Yang Maha Mengetahui segala persoalan yang tengah melilit.
Resep ala beliau yang akan dipaparkan berikut ini bisa kita baca langsung dalam kitab Al-Jawaahir Al-Lu`luiyyah fi Syarh Al-Arba`iin An-Nawawiyyah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Al-Dimyathi halaman 13-14.
Ayat pertama yang menjadi obat kegalauan termaktub dalam surah Al-Anbiya` ayat 87. Disebutkan jika kita merasa sumpek hendaklah kita membaca ayat ini yang bunyinya:
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
Ayat berikutnya merupakan jawaban bagi orang yang telah membacanya:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-Anbiya` : 88). Ayat ini merupakan jawaban atas Nabi Yunus as yang mengucapkan kalimat tersebut dari dalam perut ikan di kegelapan samudera.
Ayat anti galau selanjurnya berbicara mengenai orang yang dihinggapi rasa takut. Ketika kita tengah merasa ketakutan terhadap sesuatu, bacalah:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيل
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Qs. Ali Imran : 173).
Bagi orang-orang yang ketakutan kemudian membaca ayat di atas, maka Allah menandaskan:
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوء
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa.”
Ayat anti galau ketiga berkenaan seseorang yang tertipu. Bagi kita yang menjadi korban penipuan, jangan terlalu larut dalam kesedihan, cobalah membaca ayat :
وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَاد
“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Qs. Al-Mukminun : 44).
Barangsiapa membaca ayat tersebut sebagaimana kaum-kaum di masa nabi terdahulu juga mengucapkannya, Allah menyatakan:
فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.” (Qs. Al-Mukminun : 45).
Dan ayat keempat yang menjadi pengusir rasa galau adalah ayat yang berkenaan tentang seseorang yang menginginkan sesuatu, hendaknya membaca :
مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه
“Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (Qs. Al-Kahfi : 39). Allah mewahyukan:
فَعَسَى رَبِّي أَنْ يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِنْ جَنَّتِكَ
“Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini).” (Qs. Al-Kahfi : 40).*
oleh; Ali Akbar Bin Agil
Penulis adalah Pengasuh Majlis Ta`lim dan Ratib Al-Haddad di Malang, Jawa Timur
Sumber : hidayatullah.com