Anti Galau - Dunia maya adalah sebuah dunia yang tak asing lagi bagiku. Dari sejak berkembangnya friendster, aku sudah sangat akrab dengan warnet yang berlokasi di dekat sekolahku. Duniaku tak pernah lepas dari internet, bahkan aku meminta orang tuaku untuk berlangganan internet setiap bulan. Jadilah aku semakin ketergantungan internet. Kegiatanku disana selain nge-game tapi tetap eksis di friendster. Apa yang kulakukan di friendster?
Namaku Ari, seorang playboy maya. Di akun friendsterku, banyak perempuan yang menjadi pacar mayaku. Dunia maya memang mengganggu kegiatan sekolah. Nilai-nilai pelajaranku anjlok, tidurku pun jadi kurang. Beruntung aku dapat menamatkan diri dari SMA walaupun dengan merogoh kantong sebesar Rp 300.000,00 demi kunci jawaban yang kudapatkan dari seorang Joki ketika Ujian Nasional (UN). Aku bodoh ya? Kurasa tidak, Cuma sedikit malas sejak mencintai internet.
***
Lulus SMA, aku masuk ke sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kotaku. Sebagai playboy maya tentunya aku masih saja merayu gadis-gadis di friendster. Pertemanan maya di friendster, segera kualihkan ke facebook yang selalu berlanjut ke chatting di Yahoo Messanger (YM !), tentunya aku tak lupa mencari tugas kampus yang banyak dari internet. Prinsipku, walaupun aku “rajin” menebar rayuan di dunia maya namun kuliahku pun arus tetap berjalan.
***
Dari dunia maya ini, tak hanya pacar maya yang kumiliki tapi juga sahabat maya yang juga perempuan, Afni namanya. Afni ini berdomisili di kota yang sama denganku, karena itulah aku tak mau menjadikannya pacar.
Ah tidak, bukan karena itu, Afni ini tong sampahku. Tong sampah? Itu julukanku buat dia karena afni lah yang dari sejak SMAku dulu yang selalu menyambut keluh kesahku dengan pacar nyataku Vira, seorang gadis yang condong bergaya kebarat-baratan.
Namun aku tak kuasa menyudahi hubunganku dengan Vira, sebab ia adalah anak dari rekanan bisnis papaku yang dijodohkan denganku. Karena jenuh dengan perjodohan itulah, aku iseng menebar rayuan di dunia maya.
Afni selalu memberikan berbagai nasehat untukku, entah itu tentang kuliahku, tentang kelanjutan hubunganku dengan Vira atau pun tentang hobi isengku menebar virus-virus merah jambu di friendster.
Suatu hari ketika sedang ngobrol dengan Afni di chatting YM, ia berkata “udah cukup petualangan cinta mayamu dengan banyak gadis itu Ri. Jangan memberikan harapan kepada mereka. Apalagi kamu kan gak pernah ketemu sama mereka. Aku takut mereka sakit hati padamu”.
“gak pa-pa kok Ni, mereka sih santai-santai aja. Kan ini iseng gitu Ni, aku suntuk sama Vira. Kamu kan tau tentang dia? Aku bingung harus gimana lagi untuk buang suntuk sama perjodohan ini Ni”, jawabku pada Afni.
“bukan begitu Ri, aku takutnya hobi menebar Virusmu itu nanti berbalik padamu”, katanya yang membuatku penasaran dan menjawab, “maksudmu gimana Ni? Toh mereka itu kan Cuma pacar maya, aku pun gak mungkin datang ke kota mereka”.
Afni pun menjawab, “jangan lagi deh Ri, aku takut hobimu ini berdampak gak baik untukmu, pikirin deh kata-kataku tadi. Udah ya, aku mau tidur, udah jam 10 malam, besok aku ada kuliah pagi”, dan chatting YM pun terhenti.
Ketika hendak tidur, aku memikirkan perkataan Afni tadi. Apa maksudnya ya? Dampak gimana ke aku?. Lelah berfikir tentang itu, aku pun tertidur.
***
Keesokan malamnya, aku bertemu lagi dengan Afni di YM. Kembali aku menanyakan tentang kata-kata afni semalam yang sangat tak kumengerti. Afni hanya memberikan pernyataan mengambang dan berbagai pertanyaan yang kesusahan untuk kujawab. Dengan rasa penasaranku yang tetap masih bertanya padanya, akhirnya Afni pun menjawab, “aku takut, suatu saat kamu yang akan mencintai perempuan di dunia maya Ri. Aku takut kamu yang akan sakit hati”.
“tidak Ni, ini hanya permainan untuk mengisi kesuntukanku. Aku menikmati suara manja mereka di telepon. Kamu tau kan bahwa nomor teleponku yang kuberikan kepada mereka bukan nomorku yang sebenarnya. Kalau aku suntuk sama mereka, dengan gampang aku bisa buang nomor itu dan mereka gak akan nemuin aku lagi. Mereka pun akan ku-block dari facebookku. Aman kok Ni, tenang aja”, alasanku pada Afni.
“ya sudah, lakukan sesukamu. Semoga yang kutakutkan tadi tak terjadi, aku tidur ya”, lagi-lagi Afni mengakhiri chatting kami malam itu.
***
Bulan berganti tahun, persahabatanku dengan Afni tetap terjalin baik di dunia maya ini tanpa pernah bertemu di tahun ketiga ini. Hubunganku dengan Vira pun berjalan seperti biasa. Beberapa pacar mayaku pun telah ku-block dari facebookku, nomor ponselku pun tak pernah kugonta-ganti lagi.
Aku mulai menjalani hari-hariku seperti biasa namun tetap mencari mangsa di facebook. Mangsaku kali ini adalah seorang gadis yang baru saja tamat SMA. Seperti biasa, dari facebook ke YM ke nomor ponsel. Namun kali ini agak meningkat, ke twitter. Fani namanya.
Semakin hari semakin intens rayuanku padanya hingga aku menemukan kenyamanan dengan gadis itu. Hari-hariku kulewati dengan memandang fotonya dan mendengar suaranya. Aku mulai rajin menghubungi ponselnya. Aku mulai merasa tak bisa menjalani hariku tanpanya. Aku mulai teringat akan perkataan Afni. Mungkin ini maksudnya.
Sepertinya ini adalah karma yang kutuai dari hasil menabur benih merah jambu. Namun aku tak berani mengatakan perihal rasa bodoh ini padanya. Ya, setidaknya Afni akan mengatakan rasa cinta ini ada berkat kebodohanku. Bodohkah aku?
***
Ari namaku, predikat playboy maya yang kusandang seketika menohokku. Tak kuasa kubendung rasa ini, mungkinkah ini yang namanya Cinta? Cinta? Ya.. mungkin ini rasanya dari akibat terlalu banyak menabur cinta di dunia maya.
Karena tak sanggup lagi menyimpan rasaku, kuberanikan diri menyakan perasaanku pada Fani, “fan,, aku tuh sebenarnya orangnya gak suka suatu hal yang bertele-tele, aku mau bilang aku suka sama kamu”. “aku juga suka sama kamu jadi kita jalani aja dengan santai ya bang”, kata Fani.
Aku tak mengerti akan ucapan Fani, namun kurasa ia menerima pernyataanku. Malam itu juga aku memutuskan hubunganku dengan Vira demi Fani, kekasih mayaku.
Mulailah cerita cinta mayaku dimulai. selain saling mengumbar kata cinta, Fani pun jadi sering memintaku untuk mengisi pulsa ponsel dan modemnya. Tanpa menolak, akupun menyanggupi permintaanya. Bagiku, yang penting aku tetap bisa Sharing and Connecting dengan cinta mayaku. Bahkan ketika Fani mendapati tugas-tugas yang sulit, aku pun rela mengerjakannya, bahkan aku sering tak tidur dimalam hari demi tugas-tugasnya yang sulit itu.
Segala keluh kesah Fani pun dengan setia kudengarkan lewat percakapan maya kami, hingga aku harus mendengarkan cerita tentang banyak lelaki yang mendekatinya. Cemburukah aku? Ya,, aku memang cemburu dan memang kukatakan hal itu kepadanya. Menurut pengakuannya, ia juga menyukaiku namun karena kita jauh jadi Fani mungkin membuthkan pacar yang dekat dengannya. Namun aku tetap menjalani hubunganku dengannya. layaknya orang lain yang berpacaran, hubungan kami juga sering dilanda pertengkaran dan ia juga sering menangis karena kemarahanku karena banyak lelaki yang mendekatinya di kotanya.
***
Cemburukah aku? Kurasa benar, aku cemburu. Karena tak dapat membendung rasa cemburuku, akhirnya aku menceritakan semua hal itu pada Afni dan Afni mengatakan, “boleh jadi kalau kamu memang mencintainya Ri, namun tanpa sadar kamu udah dimanfaatkan olehnya”. Sebuah pernyataan yang cukup telak dari seorang Afni.
“maaf ya Ri, sepertinya kamu terlalu bodoh bahkan kamu telah dibutakan oleh cinta mayamu. Sepertinya ia memang tak mencintaimu, ia hanya memanfaatkan uangmu. Ia juga pintar memanfaatkan rasa cintamu demi tugas-tugas kampusnya yang sulit yang harus kau kerjakan. Kalau ia memang mencintaimu, seharusnya ia tak menceritakan padamu tentang banyak pria yang mendekatinya”, lanjut Afni.
“Fani cinta kok sama aku Ni, buktinya ia selalu berkeluh kesah padaku”, kataku lagi.
“jika ia mencintaimu, maka ia akan menjaga perasaanmu. Sepertinya kau memang sudah buta Ri. Renungkan tiap kata dariku baru kau boleh menghubungi YMku lagi dan selamat malam”, dan afni pun mematikan YMnya.
***
Hari demi hari aku tetap menjalani hubungan mayaku dengan Fani dan semakin lama sepertinya perkataan Afni memang benar adanya. Sepertinya aku dimanfaatkan oleh Fani sampai suatu ketika ia menghubungiku. Sambil menangis ia memintaku untuk mengirimkan sejumlah uang ke rekeningnya. Menurut pengakuan Fani, uang kuliahnya baru saja dirampok. Aku yang memang mudah iba pada seseorang, dengan tanpa pikir panjang meluluskan permintaannya. Untuk keperluan lain, ia juga sering meminta uang dariku.
***
Lama kelamaan aku merasakan sesuatu yang beda dari Fani. Ia mulai jarang menghubungiku, bahkan suatu hari nomor ponselnya sudah tak aktif lagi. Facebooknya pun sudah dead active. Twitternya pun tak berkicau lagi.
Dimana Fani? Apakah memang benar ia telah memanfaatkanku?
Saat itu pula aku teringat pada Afni, afni yang berusaha membangunkanku. Perkataan Afni yang tak kuindahkan kini perlahan membunuhku.
***
Malam itu juga untuk pertama kalinya aku menghubungi ponselnya. Aku menceritakan segalanya pada Afni kalau ternyata Fani telah memanfaatkanku.
Afni mendengarkan keluhanku, Suaranya terdengar begitu lembut, tak sekeras pernyataan-pernyataannya di chatting. Ia memberi nasehat padaku agar aku melupakan cinta mayaku dan menemukkan cinta nyataku setelah Vira yang telah kuputuskan demi Fani dulu.
“Kembalilah ke dunia nyatamu Ri, carilah gadis yang kamu kenal dengan baik. Kalaupun kamu mengalami cinta maya lagi, kamu harus menyelami dulu kepribadiannya jangan hanya terkesima dengan fotonya”, ujar Afni.
Banyak dari perkataan Afni yang cukup membangunkanku dari angan-anganku terhadap Fani, Kehadiran Afni menyadarkanku akan berartinya sahabat mayaku ini, namun aku tak berani mengajaknya bertemu.
Sekarang aku baru mengerti bahwa Mencintai seseorang tanpa tahu mengapa harus mencintai orang itu, hingga dirinya tak sadar bahwa sedang dimanfaatkan oleh orang yang ia cintai memang benar adanya sebab kenyataan itu telah kualami.
***
Malam ini, aku akan mengajaknya keluar bersamaku esok hari. Semoga ia mau bertemu denganku di dunia nyata.
O,, bukan,, sedari dulu ia memang mau menemuiku, aku saja yang begitu bodoh karena hanya menganggapnya sebagai tong sampah andalanku. padahal ia selalu hadir ditengah kegalauanku. Ah, semoga saja ajakanku nanti malam membuahkan hasil.
Harapanku, semoga keisenganku bermain di dunia maya tak lagi mempertemukanku dengan gadis semacam Fani. Aku ingin bertemu gadis baik dan tegas seperti Afni yang cukup sering menyadarkanku. (Auda Zaschkya)
Sumber: KompasianaNamaku Ari, seorang playboy maya. Di akun friendsterku, banyak perempuan yang menjadi pacar mayaku. Dunia maya memang mengganggu kegiatan sekolah. Nilai-nilai pelajaranku anjlok, tidurku pun jadi kurang. Beruntung aku dapat menamatkan diri dari SMA walaupun dengan merogoh kantong sebesar Rp 300.000,00 demi kunci jawaban yang kudapatkan dari seorang Joki ketika Ujian Nasional (UN). Aku bodoh ya? Kurasa tidak, Cuma sedikit malas sejak mencintai internet.
***
Lulus SMA, aku masuk ke sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kotaku. Sebagai playboy maya tentunya aku masih saja merayu gadis-gadis di friendster. Pertemanan maya di friendster, segera kualihkan ke facebook yang selalu berlanjut ke chatting di Yahoo Messanger (YM !), tentunya aku tak lupa mencari tugas kampus yang banyak dari internet. Prinsipku, walaupun aku “rajin” menebar rayuan di dunia maya namun kuliahku pun arus tetap berjalan.
***
Dari dunia maya ini, tak hanya pacar maya yang kumiliki tapi juga sahabat maya yang juga perempuan, Afni namanya. Afni ini berdomisili di kota yang sama denganku, karena itulah aku tak mau menjadikannya pacar.
Ah tidak, bukan karena itu, Afni ini tong sampahku. Tong sampah? Itu julukanku buat dia karena afni lah yang dari sejak SMAku dulu yang selalu menyambut keluh kesahku dengan pacar nyataku Vira, seorang gadis yang condong bergaya kebarat-baratan.
Namun aku tak kuasa menyudahi hubunganku dengan Vira, sebab ia adalah anak dari rekanan bisnis papaku yang dijodohkan denganku. Karena jenuh dengan perjodohan itulah, aku iseng menebar rayuan di dunia maya.
Afni selalu memberikan berbagai nasehat untukku, entah itu tentang kuliahku, tentang kelanjutan hubunganku dengan Vira atau pun tentang hobi isengku menebar virus-virus merah jambu di friendster.
Suatu hari ketika sedang ngobrol dengan Afni di chatting YM, ia berkata “udah cukup petualangan cinta mayamu dengan banyak gadis itu Ri. Jangan memberikan harapan kepada mereka. Apalagi kamu kan gak pernah ketemu sama mereka. Aku takut mereka sakit hati padamu”.
“gak pa-pa kok Ni, mereka sih santai-santai aja. Kan ini iseng gitu Ni, aku suntuk sama Vira. Kamu kan tau tentang dia? Aku bingung harus gimana lagi untuk buang suntuk sama perjodohan ini Ni”, jawabku pada Afni.
“bukan begitu Ri, aku takutnya hobi menebar Virusmu itu nanti berbalik padamu”, katanya yang membuatku penasaran dan menjawab, “maksudmu gimana Ni? Toh mereka itu kan Cuma pacar maya, aku pun gak mungkin datang ke kota mereka”.
Afni pun menjawab, “jangan lagi deh Ri, aku takut hobimu ini berdampak gak baik untukmu, pikirin deh kata-kataku tadi. Udah ya, aku mau tidur, udah jam 10 malam, besok aku ada kuliah pagi”, dan chatting YM pun terhenti.
Ketika hendak tidur, aku memikirkan perkataan Afni tadi. Apa maksudnya ya? Dampak gimana ke aku?. Lelah berfikir tentang itu, aku pun tertidur.
***
Keesokan malamnya, aku bertemu lagi dengan Afni di YM. Kembali aku menanyakan tentang kata-kata afni semalam yang sangat tak kumengerti. Afni hanya memberikan pernyataan mengambang dan berbagai pertanyaan yang kesusahan untuk kujawab. Dengan rasa penasaranku yang tetap masih bertanya padanya, akhirnya Afni pun menjawab, “aku takut, suatu saat kamu yang akan mencintai perempuan di dunia maya Ri. Aku takut kamu yang akan sakit hati”.
“tidak Ni, ini hanya permainan untuk mengisi kesuntukanku. Aku menikmati suara manja mereka di telepon. Kamu tau kan bahwa nomor teleponku yang kuberikan kepada mereka bukan nomorku yang sebenarnya. Kalau aku suntuk sama mereka, dengan gampang aku bisa buang nomor itu dan mereka gak akan nemuin aku lagi. Mereka pun akan ku-block dari facebookku. Aman kok Ni, tenang aja”, alasanku pada Afni.
“ya sudah, lakukan sesukamu. Semoga yang kutakutkan tadi tak terjadi, aku tidur ya”, lagi-lagi Afni mengakhiri chatting kami malam itu.
***
Bulan berganti tahun, persahabatanku dengan Afni tetap terjalin baik di dunia maya ini tanpa pernah bertemu di tahun ketiga ini. Hubunganku dengan Vira pun berjalan seperti biasa. Beberapa pacar mayaku pun telah ku-block dari facebookku, nomor ponselku pun tak pernah kugonta-ganti lagi.
Aku mulai menjalani hari-hariku seperti biasa namun tetap mencari mangsa di facebook. Mangsaku kali ini adalah seorang gadis yang baru saja tamat SMA. Seperti biasa, dari facebook ke YM ke nomor ponsel. Namun kali ini agak meningkat, ke twitter. Fani namanya.
Semakin hari semakin intens rayuanku padanya hingga aku menemukan kenyamanan dengan gadis itu. Hari-hariku kulewati dengan memandang fotonya dan mendengar suaranya. Aku mulai rajin menghubungi ponselnya. Aku mulai merasa tak bisa menjalani hariku tanpanya. Aku mulai teringat akan perkataan Afni. Mungkin ini maksudnya.
Sepertinya ini adalah karma yang kutuai dari hasil menabur benih merah jambu. Namun aku tak berani mengatakan perihal rasa bodoh ini padanya. Ya, setidaknya Afni akan mengatakan rasa cinta ini ada berkat kebodohanku. Bodohkah aku?
***
Ari namaku, predikat playboy maya yang kusandang seketika menohokku. Tak kuasa kubendung rasa ini, mungkinkah ini yang namanya Cinta? Cinta? Ya.. mungkin ini rasanya dari akibat terlalu banyak menabur cinta di dunia maya.
Karena tak sanggup lagi menyimpan rasaku, kuberanikan diri menyakan perasaanku pada Fani, “fan,, aku tuh sebenarnya orangnya gak suka suatu hal yang bertele-tele, aku mau bilang aku suka sama kamu”. “aku juga suka sama kamu jadi kita jalani aja dengan santai ya bang”, kata Fani.
Aku tak mengerti akan ucapan Fani, namun kurasa ia menerima pernyataanku. Malam itu juga aku memutuskan hubunganku dengan Vira demi Fani, kekasih mayaku.
Mulailah cerita cinta mayaku dimulai. selain saling mengumbar kata cinta, Fani pun jadi sering memintaku untuk mengisi pulsa ponsel dan modemnya. Tanpa menolak, akupun menyanggupi permintaanya. Bagiku, yang penting aku tetap bisa Sharing and Connecting dengan cinta mayaku. Bahkan ketika Fani mendapati tugas-tugas yang sulit, aku pun rela mengerjakannya, bahkan aku sering tak tidur dimalam hari demi tugas-tugasnya yang sulit itu.
Segala keluh kesah Fani pun dengan setia kudengarkan lewat percakapan maya kami, hingga aku harus mendengarkan cerita tentang banyak lelaki yang mendekatinya. Cemburukah aku? Ya,, aku memang cemburu dan memang kukatakan hal itu kepadanya. Menurut pengakuannya, ia juga menyukaiku namun karena kita jauh jadi Fani mungkin membuthkan pacar yang dekat dengannya. Namun aku tetap menjalani hubunganku dengannya. layaknya orang lain yang berpacaran, hubungan kami juga sering dilanda pertengkaran dan ia juga sering menangis karena kemarahanku karena banyak lelaki yang mendekatinya di kotanya.
***
Cemburukah aku? Kurasa benar, aku cemburu. Karena tak dapat membendung rasa cemburuku, akhirnya aku menceritakan semua hal itu pada Afni dan Afni mengatakan, “boleh jadi kalau kamu memang mencintainya Ri, namun tanpa sadar kamu udah dimanfaatkan olehnya”. Sebuah pernyataan yang cukup telak dari seorang Afni.
“maaf ya Ri, sepertinya kamu terlalu bodoh bahkan kamu telah dibutakan oleh cinta mayamu. Sepertinya ia memang tak mencintaimu, ia hanya memanfaatkan uangmu. Ia juga pintar memanfaatkan rasa cintamu demi tugas-tugas kampusnya yang sulit yang harus kau kerjakan. Kalau ia memang mencintaimu, seharusnya ia tak menceritakan padamu tentang banyak pria yang mendekatinya”, lanjut Afni.
“Fani cinta kok sama aku Ni, buktinya ia selalu berkeluh kesah padaku”, kataku lagi.
“jika ia mencintaimu, maka ia akan menjaga perasaanmu. Sepertinya kau memang sudah buta Ri. Renungkan tiap kata dariku baru kau boleh menghubungi YMku lagi dan selamat malam”, dan afni pun mematikan YMnya.
***
Hari demi hari aku tetap menjalani hubungan mayaku dengan Fani dan semakin lama sepertinya perkataan Afni memang benar adanya. Sepertinya aku dimanfaatkan oleh Fani sampai suatu ketika ia menghubungiku. Sambil menangis ia memintaku untuk mengirimkan sejumlah uang ke rekeningnya. Menurut pengakuan Fani, uang kuliahnya baru saja dirampok. Aku yang memang mudah iba pada seseorang, dengan tanpa pikir panjang meluluskan permintaannya. Untuk keperluan lain, ia juga sering meminta uang dariku.
***
Lama kelamaan aku merasakan sesuatu yang beda dari Fani. Ia mulai jarang menghubungiku, bahkan suatu hari nomor ponselnya sudah tak aktif lagi. Facebooknya pun sudah dead active. Twitternya pun tak berkicau lagi.
Dimana Fani? Apakah memang benar ia telah memanfaatkanku?
Saat itu pula aku teringat pada Afni, afni yang berusaha membangunkanku. Perkataan Afni yang tak kuindahkan kini perlahan membunuhku.
***
Malam itu juga untuk pertama kalinya aku menghubungi ponselnya. Aku menceritakan segalanya pada Afni kalau ternyata Fani telah memanfaatkanku.
Afni mendengarkan keluhanku, Suaranya terdengar begitu lembut, tak sekeras pernyataan-pernyataannya di chatting. Ia memberi nasehat padaku agar aku melupakan cinta mayaku dan menemukkan cinta nyataku setelah Vira yang telah kuputuskan demi Fani dulu.
“Kembalilah ke dunia nyatamu Ri, carilah gadis yang kamu kenal dengan baik. Kalaupun kamu mengalami cinta maya lagi, kamu harus menyelami dulu kepribadiannya jangan hanya terkesima dengan fotonya”, ujar Afni.
Banyak dari perkataan Afni yang cukup membangunkanku dari angan-anganku terhadap Fani, Kehadiran Afni menyadarkanku akan berartinya sahabat mayaku ini, namun aku tak berani mengajaknya bertemu.
Sekarang aku baru mengerti bahwa Mencintai seseorang tanpa tahu mengapa harus mencintai orang itu, hingga dirinya tak sadar bahwa sedang dimanfaatkan oleh orang yang ia cintai memang benar adanya sebab kenyataan itu telah kualami.
***
Malam ini, aku akan mengajaknya keluar bersamaku esok hari. Semoga ia mau bertemu denganku di dunia nyata.
O,, bukan,, sedari dulu ia memang mau menemuiku, aku saja yang begitu bodoh karena hanya menganggapnya sebagai tong sampah andalanku. padahal ia selalu hadir ditengah kegalauanku. Ah, semoga saja ajakanku nanti malam membuahkan hasil.
Harapanku, semoga keisenganku bermain di dunia maya tak lagi mempertemukanku dengan gadis semacam Fani. Aku ingin bertemu gadis baik dan tegas seperti Afni yang cukup sering menyadarkanku. (Auda Zaschkya)